Naskah Rindu
Sialan , mengapa aku sampai duduk ditempat seperti ini.
Angin menyapu tubuh dengan hangat, mungkin dari bias matahari yang direfleksikan oleh atap bangunan disebelah sana.
Tenang dan sepi, seakan mengajak untuk sedikit bermain-main dengan pena khayal.
Tangkai gelas mulai terasa ringan setelah ku teguk beberapa kali bersama bayangmu.
Sesekali pandanganku teralihkan, kearah jalan yang menghadap ke barat itu.
Bukan kamu,
Bukan kamu,
Hanya burung kecil yang lewat, mungkin dua atau tiga ekor mengusik konsentrasi yang awalnya tertuju untuk mengingat suaramu.
Tapi sungguh, jika aku bertahan kurang lebih empat jam lagi, bisa saja ku temui senja yang indah dari sini.
Karna kamu tiada, tentunya aku akan pulang sebelum melihatnya dengan mengantongi skenario baru untuk memimpikanmu malam ini.
Karna kamu tiada, tentunya aku akan pulang sebelum melihatnya dengan mengantongi skenario baru untuk memimpikanmu malam ini.
Aku bosan. Selalu jadi pemeran utama untuk naskah rindu yang kutulis sendiri, bolehkah ku sewa pemeran pengganti ? Lalu kita berdua mengamati dan sedikit berbincang tentang aku yang diperankan orang itu.
Anganku setelahnya, kita bercakap panjang lebar, larut dan tanpa sengaja aku berucap '' Bisakah kamu jadi milikku malam ini ? " seketika kamu terdiam, entahlah itu kaget atau sekedar perlu waktu untuk memberi jawaban.
Sampai disini, Naskah yang ku tulis tadi terhenti, Mungkin karna gelas kopi ini sudah kosong atau memang aku menunggu kamu melanjutkannya.