Tentang Kepura-puraan

Kali ini bukan mulut yang berbicara.
Setelah hati yang lama bungkam menyuarakan keluh kesahnya.
Haruskah itu menjadi peluk terakhir, saat mulai kurasakan hangat nafas kasihmu.
Bukan ku tak bisa menemani, aku sudah terlanjur berada dipersimpangan.
Kamu terus mencintaiku dengan sikapmu kepadaku,dan aku terus berpura-pura tidak tahu sampai akhirnya tanpa aku sadar, aku sudah menyayangimu dengan sendirinya.
Aku terdiam sejenak, mengingat seseorang yang sudah menungguku disana dengan segala tawar manisnya, disini, dipersimpangan ini.
Haruskah aku mengorbankan kamu untuk dia atau mengorbankan dia untuk kamu,
Sungguh ini bukan pilihan, andai kata ada yang harus sakit. itu harusnya aku.
Bukan kamu,bukan dia.
Aku yang masih dipersimpangan ini ,hanya bisa pasrah tak berdaya,relakan aku bagai butir-butir kenangan yang akan ditiup angin tanpa arah tujuan.
Maafkan kepura-puraan ini, berpura-pura lah untuk tetap tegar sampai aku hilang ditiup waktu sampai kamu tak sadar kepura-puraanmu itu menjadi tegar yang sesungguhnya.
Powered by Blogger.